Friday, February 18, 2022

Hakikat Kebahgian

Hakikat Kebahagiaan . 

___________

Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ro’ah menjelaskan tentang sebuah hakekat kebahagiaan bagi seorang mukmin. Banyak orang yang mengira bahwasanya kebahagiaan itu terletak pada perkara dunia seseorang.  Ketika dirinya melihat seorang yang memiliki harta lebih, memiliki rumah yang banyak dan dimana-mana, maka ia adalah merupakan orang yang bahagia. Sesungguhnya kebahagiaan itu adalah apa yang teah baginda Nabi SAW sabdakan kepada kita 

“ إن الله عزَّ وجل بقسطه، جعل الفرح والروح في الرِّضا واليقين وجعل الغم والحزن في الشَّك والسّخط ”  

 yang artinya “ sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan kebahagiaan dan kelapangan hati pada keridhaan dan keyakinan, dan Allah telah jadikan kekhawatiran dan kesedihan pada sebuah keraguan dan ketidak ridhoan “(HR. Al Mundziri).

Ini adalah merupakan pengertian tentang kebahagiaan menurut baginda Nabi SAW yang telah diajarkan kepada ummatnya. Baginda merupakan orang yang paling sayang terhadap kita, beliau adalah orang tua bagi ummatnya. Sebagiamana beliau bersabda 

“إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ ” 

 yang artinya “ sesungguhnya kedudukanku adalah seperti ayah bagi kalian “(HR. Abu Dawud).
 Orang tua yang selalu mengharapkan kebahagiaan bagi anak-anaknya.

Baginda mengajarkan akan makna kebahagiaan ini sesuai dengan pandangannya seorang Nabi, seorang utusan Allah Dzat yang mengetahui akan kemaslahatan hambaNya. Kebahagiaan itu adalah ada pada makna keridhaan, yaitu ridha terhadap segala sesuatu yang telah Allah tuliskan untuk kita. Ridha terhadap apapun yang terjadi kepada kita, dengan qodho dan taqdirNya. Keridhaan adalah merupakan hasil dari sebuah keimanan dari seorang yang beriman kepada Tuhan yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang terbaik untuk hambaNya. 

Ketika seorang mukmin diberi karunia sebuah kenikmatan oleh Allah Ta’ala, maka hendaknya dirinya ridha dengan menggunakan kenikmataan itu pada hal yang Allah ridhai. Dan ketika seorang itu diberi cobaan olehNya, maka hendaknya ridha terhadap cobaan ini, yaitu dengan bersabar , sehingga dirinya mendapatkan pahala yang tidak ada batasnya. Allah telah berfirman

 “إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ” 

yang artinya “ sesungguhnya Allah memberikan pahalanya orang-orang yang bersabar dengan tanpa batas “(QS. Az Zumar:10).

Dan sebaliknya, kesengsaraan adalah ketika seorang mukmin itu tidak ridha terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Ketika Allah Ta’ala memberikan sebuah cobaan bagi seorang mukmin, maka ketahuilah bahwa Allah benar-benar telah mencintainnya. Allah akan memberikan ridhaNya, jikalau dirinya juga ridha terhadap apa yang menimpanya. Hal ini sebagaimana dalam sabda baginda Nabi SAW

 “وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ ”

 yang artinya “ dan sesungguhnya ketika Allah mencintai sebuah kaum, maka Allah akan memberikan cobaan bagi mereka. Maka barang siapa yang ridha (terhadap cobaan ini) maka baginya keridhaan Allah, dan barang siapa yang marah maka baginyapun murka Allah “(HR. turmudzi).

Maka selagi kita yakin, bahwa tidaklah sesuatu di dunia ini terjadi melainkan atas kehendak Allah, maka hendaklah kita ridha, sehingga keridhaan ini akan menjadikan ridha Allah kepada kita, dan memasukkan kita kepada sorga keridhaan di dunia sebelum masuk sorgaNya di akhirat nanti. Yaitu

 جنة المعارف قبل جنة الزخاريف

 yang artinya sorga kemakrifatan kepada Allah Ta’ala sebelum sorga keindahan di akhiratNya. Wallahu A’lam.

https://www.facebook.com/145093112678719/posts/1272155149972504/


No comments:

Post a Comment